Purwokerto, serayunews.com
“Kemarin saat dibubarkan, kami bubar, setelah itu tetap disemprot (stand, gerobak dan tempat berjualan, red). Sekarang saja kalau mau ngusir setan kan dikasih sesaji, biar mereka pergi. Kami kan manusia, kalau mau mengusir kami ya kami diberi solusi diberi tempat. Kita jualan bukan sehari dua hari, sudah puluhan tahun di Alun-alun Purwokerto,” ujar Humas Paguyuban PKL Sehati Alun-alun Purwokerto, Sugianto kepada serayunews.com, Minggu (6/6).
Sugianto menambahkan, anggotanya mencapai 230 orang. Sejak setahun lebih lalu, pada masa Pandemi Covid-19, mereka sudah tidak diperbolehkan berjualan, hingga akhirnya mereka sempat kembali ke profesi semula.
“Sekarang ada yang kembali jadi tukang becak, serabutan dan lainnya. Kami sudah lama sekali, kebutuhan kami tidak hanya pribadi keluarga kami, tetapi juga ada kebutuhan lainnya seperti sekolah,” ujarnya.
Wacananya para PKL ini akan dipindah ke Jalan Raga Semangsang maupun Jalan Pengadilan yang berada di sekitar Alun-alun Purwokerto. Namun, hingga saat ini wacana tersebut menurut Sugianto hanya isu belakang.
“Dari dulu wacana, tidak pernah terealisasi. Kalau memang kami dipindahkan ke Jalan Ragasemangsang, seharusnya dikasih tahu, dimana kami harus berjualan, tempatnya yang boleh dan yang tidak. Kemudian diantarkan,” kata dia.
Jika rekan-rekannya hanya pindah begitu saja, ditakutkan akan adanya gesekan antara pedagang yang sudah berjualan di wilayah Ragasemangsang dan Jalan Pengadilan.
“Bisa saja terjadi gesekan, sama pedagang sama tukang parkir juga. Kalau ada yang bawa kan mereka jadi tahu, benar dipindah di tempat itu,” ujar dia.
Hingga saat ini mereka merasa terkantung-kantung. Bahkan ada beberapa PKL yang akhirnya nekat berjualan di Ragamsemangsang, meski dengan rasa khawatir terjadi gesekan.
“Kami sudah menyurati pihak Dinas, Disperindagkop, Bupati, DPRD Banyumas untuk difasilitasi dalam mediasi. Tetapi sampai saat ini belum ada jawaban,” katanya.