Purwokerto, serayunews.com
“Apa yang kita makan dan yang kita banggakan, masih tergantung dengan negara lain. Harapannya bisa muncul kesadaran yang lebih banyak dengan acara ini,” ujar dia.
Forum OSIS Banyumas, Audri Syahroni yang juga salah satu penyelenggara acara mengungkapkan, dalam kegiatan itu pihaknya berusaha untuk membantu dan berkolaborasi dengan Creafo dan Pijar Foundation. Harapannya agar pemuda-pemudi di Banyumas bisa lebih melek terhadap sektor pangan dan berkolaborasi menyelesaikan isu ketahanan pangan.
“Nantinya teman-teman bisa berkontribusi dengan pemerintah, pengusaha dan berperan membangkitkan sektor pertanian, bisa turut memberikan solusi di bidang pangan,” katanya.
Baca juga: [insert page=’simak-ini-rekayasa-lalu-lintas-saat-festival-kentongan-di-purwokerto-besok-malam’ display=’link’ inline]
Project Manager Townhall Muda, Aulia Pradipta mengungkapkan, ada sekitar 100 peserta yang harapannya ikut mendorong ekosistem kolaboratif dengan berbagai pihak di Indonesia.
“Kebetulan di Banyumas ini kolaborasinya dengan Forum OSIS Banyumas, Creafo dan Hetero Space Banyumas. Kegiatan semacam ini akan ada di 24 titik di Indonesia dan Banyumas menjadi titik pertamanya,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas, Jaka Budi S yang turut menjadi narasumber dalam acara tersebut mengaku sangat mendukung. Sebab, selama ini generasi muda tidak tertarik ke pertanian.
“Ini dapat mendorong generasi muda untuk terjun aktif di sektor pertanian dan ketahanan pangan. Sekaligus dari sisi on farmnya yakni budidaya sampai ke sisi off farmnya, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Sementara ini generasi muda cenderung tidak tertarik ke pertanian, apalagi yang on farm, kalau off farm sudah banyak,” katanya.
Founder Semesta Agro Indonesia, Brili Agung yang juga menjadi salah satu narasumber memberikan pandangannya. Dia mengatakan, jika dari segi bisnis, pertanian merupakan bisnis yang menjanjikan. Ia mencontohkan pada saat pandemi kemarin, tidak berdampak pada sektor pertanian dan pangan.
“Kebanyakan melihat dari hasil, tetapi tidak melihat prosesnya. Mereka berbisnis bagaimana mendapatkan hasil yang bagus, padahal kebutuhan yang selalu manusia butuhkan adalah pangan,” kata dia.