SERAYUNEWS – Ada kalimat yang menyebutkan, contoh terbaik adalah teladan. Kehidupan keluarga Nabi Ibrahim AS sangat relevan untuk jadi teladan sampai saat ini.
Cerita itu menjadi tema khutbah Salat Idul Adha di Lapangan Mas Mansoer Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Senin (17/6/2024). Berperan sebagai khotib yakni Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Assoc Prof Dr. Makhful, M.Ag.
Dalam ceramahnya ia menekankan pentingnya meneladani kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, sebagai fondasi membentuk karakter generasi muda.
“Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail abadi dalam Alquran dan merupakan pelajaran berharga bagi kita. Syariat kurban dan haji, tidak bisa terpisahkan dari pengorbanan mereka,” kata Assoc Prof Dr. Makhful.
Assoc Prof Dr. Makhful mengisahkan perjuangan Hajar, istri Nabi Ibrahim yang harus bertahan hidup di padang pasir yang tandus bersama bayinya, Ismail.
Ketika Hajar berlarian antara bukit Shafa dan Marwa mencari air, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan memunculkan mata air zam-zam dari jejakan kaki Ismail. Hingga kini, itu menjadi sumber air suci bagi umat Islam.
“Pengorbanan dan ketabahan Hajar serta keajaiban mata air zam-zam, mengajarkan kita tentang keimanan dan kepercayaan penuh kepada Allah dalam menghadapi ujian hidup,” tambahnya.
Assoc Prof Dr Makhful juga menyoroti dialog antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, saat menerima perintah untuk menyembelih anaknya sebagai bukti keikhlasan dan ketaatan yang luar biasa.
“Dialog ini bukan sekadar kisah, tetapi merupakan teladan nyata tentang bagaimana orangtua dan anak dapat saling mendukung dalam menjalankan perintah Allah. Nabi Ibrahim mengajarkan kita cara berkomunikasi yang bijak dan penuh kasih sayang dengan anak,” jelas Assoc Prof Dr. Makhful.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa lingkungan keluarga yang penuh nilai-nilai ketaatan dan kesabaran sangat penting dalam membentuk karakter anak. Keteladanan Nabi Ibrahim dan Hajar dalam mendidik Ismail menjadi contoh ideal bagi semua keluarga Muslim.
“Mustahil seorang anak bisa menjadi sosok yang istimewa tanpa lingkungan keluarga yang mendukung. Nabi Ibrahim dan Hajar adalah figur panutan yang tegas dan sabar. Sehingga berhasil mengantarkan Nabi Ismail menjadi generasi muda yang tangguh dan taat,” ujarnya.
Assoc Prof Dr Makhful juga mengingatkan pentingnya peran orangtua, guru, dan dosen sebagai teladan bagi generasi muda. Ia mengkritisi fenomena kenakalan remaja yang sering kali akibat kurangnya keteladanan dari orangtua dan pendidik.
“Ketika orangtua tidak lagi menjadi panutan di rumah, guru dan dosen tidak jadi teladan di sekolah atau kampus, jangan salahkan generasi muda salah jalan. Justru generasi tua harus introspeksi dan memberikan bimbingan yang benar,” tegasnya.
Karena itu dia mengajak untuk menjadikan pelajaran dari ketaatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sebagai inspirasi untuk membangun generasi mendatang yang lebih baik.
“Semangat berkurban harus terwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, untuk ketaatan kepada Allah dan membangun bangsa ini,” pungkas Assoc Prof Dr. Makhful.