Purwokerto, serayunews.com
“Karena ada kerjaan, Lebaran kali ini nggak bisa salat Id bersama istri dan anak. Kebetulan saya ditunjuk untuk mengalokasi logistik di tempat karantina GOR Satria Purwokerto ini,” ujar dia.
Ternyata, bukan hanya Lebaran tahun ini saja, dirinya harus rela berpisah dari keluarganya. Tahun lalu pun demikian, Ia harus bertugas di GOR Satria Purwokerto yang pada saat itu juga digunakan sebagai tempat karantina massal. Pekerjaannya memang tidak bisa ditinggal, karena menurut Rudi, dirinya harus berada di lokasi tersebut selama 24 jam.
“Namanya manusia, normalnya pasti pengin sama keluarga, tetapi mau bagaimana lagi, karena ada tugas dan pekerjaan. Saya jalani ini semua dengan ikhlas saja dan senang hati,” kata dia.
Ada pro dan kontra dalam menjalankan tugasnya, Rudi bahkan mengaku sering kali mendapatkan keluhan dari anaknya, karena jarang bertemu. Pasalnya anaknya yang masih berusia tujuh tahun, kerap kali merengek ingin bersama dengan dirinya. Sedangkan istrinya memang sudah paham betul dengan pekerjannya dan menjadi wanita yang tangguh untuk terus medukung suaminya.
“Kebetulan tugasnya masih di Banyumas, padahal kalau ada bencana saya biasanya ikut tim BPBD Jawa Tengah, pergi ke lokasi bencana seperti di NTT, Palu, bahkan Merapi serta beberapa daerah bencana lainnya di Indonesia,” ujarnya.
Meski anaknya kerap merengek, Rudi membagi tips agar keluarganya bisa tetap tenang dan menerima pekerjaannya, yakni kuncinya adalah komunikasi. Terlebih sekarang, zaman sudah semakin modern, bukan hanya suara yang bisa dikirim ke keluarga, dengan memanfaatkan tekhnologi dirinya kerpa kali video call dengan keluarganya.
“Paling video call rutin, dengan anak istri saya. Alhamdullilah tahun ini tempat karantina tidak seramai mudik tahun lalu,” kat dia.(san)