Banjarnegara, serayunews.com
Setelah adanya kebijakan penyesuaian harga BBM, sejumlah awak angkutan umum di Banjarnegara terpaksa menaikkan tarif. Padahal sebelum adanya kenaikan BBM, penumpang angkutan umum sudah sepi.
Agus Sujana, sopir angkutan umum di Banjarnegara ini mengaku sudah lebih dari 15 tahun menjadi supir angkot di Banjarnegara. Baru saat ini mengaku sangat bingung dalam menentukan tarif penumpang. Sebab beban operasional juga semakin besar, dan ini berbanding terbalik dengan penadapatannya.
“Dibanding awal saya bawa angkot, pendapatan saat ini jaug berkurang, malah kita sering nombok bensin, apalagi saat ini dengan harga BBM naik, dan penumpang juga ikut berkurang” katanya.
Menurutnya, sejak pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi, seperti Pertalite dan Solar, para sopir angkot langsung menaikkan tarif perjalanannya. Untuk angkutan kota yang sebelum kenaikan BBM dipatok Rp4.000, kini naik menjadi Rp6.000. Begitu juga dengan angkutan umum lainnya yang ikut mengalami kenaikan. Hanya saja untuk jenis mikro kenaikanya sekitar 30 persen sesuai dengan jarak tempuh.
“Kita terpaksa menaikkan tarif, meski sampai saat ini tarif resmi dari pemerintah belum turun, semoga saja kenaikan tarif sesuai dengan usulan para awak angkutan yang ada di Banjarnegara, yakni kisaran 25 hingga 30 persen,” katanya.
Kondisi ini membuat pendapatannya kian menurun. Sebelum pandemi, pendapatan kotor para sopir angkot juga sebetulnya sudah sangat rendah, yaitu Rp 250 ribu hingga Rp 350 ribu per hari. Angka itu belum termasuk biaya sewa kendaraan maupun bensin.
Namun saat ini dengan kenaikan harga BBM, pendapatan turun menjadi Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu karena jumlah penumpang berkurang.
“Saat ini para awak angkutan masih mending karena anak sekolah sudah masuk normal, sehingga banyak supir yang mengandalkan penumpang dari anak sekolah,” ujarnya.
Kurniawan Aji mengungkapkan hal senada. Sopir angkutan nikro bus ini jelas sangat berat, untuk itu sebenarnya para awak angkutan ini berharap pemerintah bisa membantu para sopir angkot. Salah satunya dengan tidak menaikkan harga BBM untuk angkutan umum.
“Kenaikan harga BBM tentu sangat kami rasakan, kenaikan Rp 1.750 hingga 2.400 per liter saja akan menambah beban para sopir,” katanya.
Terkait dengan rencana adanya bantuan sosial bagi sopir angkutan umum, dia menyambut dengan baik. Namun akan lebih baik jika harga BBM kembali pada harga sebelumnya. Sebab, kenaikan harga BBM tentu menambah beban berat bagi awak angkutan umum.