SERAYUNEWS – Kabupaten Banyumas selain sebagai surga wisata tersembunyi, memiliki beragam macam cerita sejarah yang panjang. Termasuk ketika banyak melahirkan sosok-sosok orang yang berpengaruh bahkan pejuang besar Indonesia.
Salah satunya adalah Gatot Subroto. Sebagai penerus bangsa, tentunya kita wajib mengetahui setiap perjuangan mulai dari keringat hingga darah seluruh pahlawan yang telah mendahului sebelumnya.
Kini, serayunews.com mengajak untuk meneladani sikap cablaka dan pemberani dari tokoh Jenderal TNI Gatot Subroto. Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang berasal dari Jatilawang, Banyumas. Lantas, bagaimana cerita selengkapnya? Berikut kami sajikan pada artikel ini.
Melansir dari berbagai sumber, salah satunya Camat Banyumas yakni Oka Yudhistira Pranayudha yang terkenal sering membagikan sebuah kisah inspiratif dari berbagai wilayahnya, mulai pembangunan Kota Lama Banyumas, tokoh penting, dan lain sebagainya.
Melalui unggahan TikTok @okayudhis, Camat Banyumas mencoba menceritakan sikap yang Gatot Soebroto miliki. Tentunya, dirinya sudah mendapatkan izin dari Indriani Soenarjo, cucu pertama dari Sang Jenderal.
Selain itu, Oka Yudhis juga menggali berbagai informasi dari tulisan maupun keterangan Dokter Soedarmaji dan kerabatnya yaitu Alfian H Antono.
Selanjutnya, Gatot Soebroto merupakan putra asli Desa Tunjung, Kecamatan Jatilawang. Lahir pada tanggal 10 oktober 1909 silam, dari pasangan Raden Nganten Qomariah dan Raden Sayid Yudoyuwono.
Semasa kecil, keluarganya sempat berpindah dari Jatilawang ke Banyumas. Tepatnya, berada di Desa Kedunguter. Hal tersebut terjadi karena ayahnya bekerja berpindah tugas menjadi mantri guru.
Selanjutnya, rumah masa kecil itu berada di Jalan Kesatrian. Akan tetapi, dahulu bukan masih bernama Jalan Juhing sebab di kawasan tersebut ada toko namanya toko bapak juhing.
Perubahan atau penggantian nama ini, di sebabkan oleh beberapa faktor. Utamanya, karena Gatot Soebroto tinggal di sini sehingga jalan juhing berganti nama menjadi Jalan Mesatrian.
Saat ini, rumah peninggalan yang masih milik keluarga besar Gatot Soebroto kemudian dipercayakan kepada warga setempat untuk ditempati dan dirawat.
Sementara itu, berbicara mengenai sifat yang dipunyai. Sudah barang tentu, personifikasi kebanyakan orang Banyumas. Cablaka dan pemberani, artinya berterus terang apa adanya tidak berputar putar jika ingin menyampaikan sesuatu.
Terlebih, dengan penampilan berwajah sangar dan berjanggut bersamaan senang memakai topi klasik era Hindia-Belanda dengan pin RI (Republik Indonesia) yang senantiasa melekat di kepalanya ketika memberikan komando kepada pasukannya di masa revolusi.
Tak lepas juga dari mengenyam bangku pendidikan di ELS atau Euroeesche Lagere School atau Sekolah Dasar (SD) bagi keluarga eropa maupun orang orang indonesia pilihan.
Keberhasilannya bersekolah di sana, juga berkat bantuan bupati pada saat itu.
Bekas ELS sekarang adalah menjadi Sdn 3 Sudagaran di Dusun Tembelang Desa Sudagaran Kecamatan Banyumas.
Sementara itu, sebagai anggota militer Jenderal Gatot mengalami 3 periode yaitu jaman pendudukan belanda yaitu KNILL, jaman pendudukan Jepang yaitu PETA, dan jaman pendudukan RI yaitu TKR.
Adapun, Jendral Gatot Soebroto meninggal dunia pada 11 juni 1962 dan dimakamkan di Ungaran Kabupaten Semarang. Namanya diabadikan sebagai nama jalan di hampir semua kota-kota besar serta nama rumah sakit pusat Angkatan Darat di Jakarta.
Sedangkan, di Purwokerto sendiri selain terdapat nama jalan, pun ada Monumen Gatot Soebroto tepatnya berada di depan RS Margono Soekarjo.