SERAYUNEWS- Indonesia masih menghadapi masalah penyakit menular yang di sebabkan oleh vektor, yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit DBD, karena vektor nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus.
Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020, terdapat 95.893 kasus DBD dan angka kematian sebanyak 661. Pada tahun 2021 sampai pekan ke 43, mencapai 37.646 kasus DBD dan angka kematian mencapai 361 kasus.
Provinsi Jawa Tengah, masuk dalam 10 provinsi yang berpotensi endemis DBD. Penyakit DBD termasuk penyakit musiman, akibat banyak faktor.
Nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus, lebih cepat berkembang biak pada kondisi kebersihan dan sanitasi lingkungan yang buruk. Selain itu juga karena perubahan cuaca ekstrem, perilaku pola hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat yang rendah.
Dampak buruk akibat penyakit DBD, terjadinya peningkatan angka kematian karena komplikasi syok dengue.
Di Cilacap, selama musim hujan bulan November 2020 sampai Juli 2021 tercatat ada 925 kasus DBD. Karena itu, Cilacap termasuk dalam 35 Kabupaten/Kota dengan angka kesakitan DBD tertinggi di Jawa Tengah.
Salah satu wilayah dengan angka kesakitan DBD tertinggi, adalah Kelurahan Tambakreja. Untuk mengatasi masalah DBD di Kelurahan Tambakreja tersebut, Universitas Al-Irsyad Cilacap (UNAIC) berkomitmen mengatasinya dengan pengabdian masyarakat.
Kegiatan ini di ketuai oleh Dosen Keperawatan Kasron, M.Kep, serta melibatkan 3 mahasiswa Keperawatan sebagai bentuk implementasi MBKM di UNAIC.
“Menurut Ketua kader Posyandu Kelurahan Tambakreja, terdapat beberapa wilayah Kelurahan yang bersebelahan dengan drainase terbuka ke laut. Ini berisiko tinggi berkembangnya nyamuk,” ujar Kasron, Sabtu (9/9/2023).
Sebagai langkah awal untuk mengatasi DBD, tim pengabdian telah memberikan penyuluhan tentang penanganan pencegahan lewat gerakan 3M. Kemudian gerakan sosialisasi Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan pengaktifan kembali Gerakan Satu Rumah Satu Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
Bersamaan kegiatan penyuluhan tersebut, tim pengabdian juga memberikan bantuan berupa anti nyamuk semprot dan oles. Kemudian ada juga pemberian alat pengukur tekanan darah dan suhu tubuh, untuk pengecekan dini warga yang di curigai menderita DBD.
“Kami berharap di musim hujan akhir tahun nanti, tidak ada warga Kelurahan Tambakreja yang mengalami penyakit DBD,” harapnya.
Kasron menambahkan, untuk program selanjutnya akan segera kunjungan rumah secara rutin dan berkala. Ini di lakukan untuk pemeriksaan jentik, pada lingkungan pemukiman warga yang rawan berkembangbiak nyamuk Aedes aegypty.
“Kami mengucapkan terimaksih kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan teknologi. Karena, telah memberikan pendanaan pada kegiatan pengabdian ini. Semoga dapat memberikan manfaat, untuk masyarakat Kelurahan Tambakreja,” tutupnya.