SERAYUNEWS – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menyatakan komitmennya untuk mencetak kader-kader yang siap dan konsisten mengawal demokrasi. Mengingat, saat ini banyak hal yang dinilai membahayakan tatanan demokrasi.
Ketua Umum HMI Cabang Purwokerto, Ibnu Khasir mengatakan, dalam General Training Raya 2023 kali ini pihaknya mengangkat tema quo vadis demokrasi Indonesia 2024. Hal ini sejalan dengan komitmen HMI untuk mengawal pelaksanaan Pemilu 2024 supaya berjalan secara demokratis.
“Banyak hal yang bisa membahayakan tatanan demokrasi yang berjalan saat ini. Meskipun begitu Pemilu 2024 tetap bisa berjalan demokratis, sepanjang semua komponen bangsa yang terlibat tetap berpegang pada konstitusi. Dan demokrasi bisa terciderai, jika yang muncul dan dominan adalah ego-ego sektoral maupun tendensi tertentu,” jelasnya di sela-sela acara yang digelar di Hotel Indrapana Baturraden, Minggu (18/6/2023).
Lebih lanjut Ibnu mengatakan, dalam kontek pemilu, organisasinya tetap independen, meskipun banyak dari senior-senior HMI (KAHMI) yang terjun di dunia politik.
Dalam acara tersebut juga hadir pengurus Kops Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Jawa Tengah, Agus Wijayanto. Agus yang juga merupakan caleg DPRD Provinsi Jateng dari Partai Demokrat menyatakan mendukung kegiatan peningkatan kapasitas dan latihan kepemimpinan kader muda HMI.
“Ikatan organisasi di kita sangat kuat, sehingga setiap ada kegiatan yang diselenggarakan adik-adik mahasiswa, alumni yang di kabupaten/kota maupun provinsi selalu memberikan support, mengingat hal tersebut juga bagian dari regenerasi kepemimpinan bangsa,” tuturnya.
Penutupan General Training menghadirkan mantan Sekretaris Jenderal MPR RI, Ma’ruf Cahyono yang juga menyatakan apresiasinya terhadap kegiatan skala nasional HMI Cabang Purwokerto. Pada kesempatan tersebut Ma’ruf menyampaikan soal ideologi, konstitusi, kepemimpinan dan demokrasi di 2024. Menurutnya, semua itu harus diisi dengan nilai-nilai jati diri bangsa yang berujung pada terciptanya demokrasi ideal untuk kesejahteraan masyarakat.
Ma’ruf menilai, konsepsi demokrasi di Indonesia yang dinilai berbeda dengan demokrasi di barat. Demokrasi di Indonesia, katanya, berbasis kegotong-royongan dan diawali dari nilai-nilai transenden dulu.
“Konsep demokrasi kita berbeda dengan demookrasi di barat. Yang dikedepankan bukan soal kalah-memang, tapi satu untuk semua. Bukan demokrasi dimana mayoritas bisa semena-mena terhadap minoritas. Itulah nilai filosofis demokrasi di Indonesia,” katanya.
Kepada kader-kader muda HMI, Ma’ruf berpesan harus bisa mengilhami cita, rasa dan karsa, serta harus cerdas secara intelektual dalam memahami demokrasi dan memahami nilai-nilai filosofisnya.