SERAYUNEWS— Pertemuan Megawati dengan Prabowo dipastikan akan terjadi, jadwal sudah di meja begitu informasi dari Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Immanuel Ebenezer (Noel).
“Soal pertemuan Bu Mega sepertinya ada. Soal ini (waktu pastinya) aku belum dapat info kapannya. Tapi pertemuan itu sudah terjadwal dan sudah di atas mejanya Prabowo,” ujar Noel (8/4/2024).
Ingatan publik lantas terbawa pada 2019 ketika nasi goreng meluluhkan hati Prabowo pasca ketegangan Pilpres saat itu. Saat itu keduanya sumringah dan tertawa lepas setiap kali disinggung soal nasi goreng.
Megawati dalam berbagai kesempatan, memang kerap bercerita soal Prabowo yang teramat sangat menyukai nasi goreng buatannya. Saat itu, Megawati memang mengaku telah melakukan politik nasi goreng dalam pertemuannya Prabowo.
“Kalau seorang perempuan pemimpin dan politisi, rupanya ada bagian yang sangat mudah meluluhkan hati laki-laki. Nah, itu namanya politik nasi goreng yang ternyata ampuh,” kata Megawati (24/7/2019).
Rencana pertemuan kedua tokoh ini menguatkan dugaan kemungkinan PDI Perjuangan merapat ke koalisi Prabowo. Politik nasi goreng menjadi simbol kendati PDI-P dan Gerindra kerap bersaing di pemilu presiden (pilpres) maupun pemilu legislatif (pileg). Namun, hal itu ternyata tak menghalangi kedua partai untuk berkongsi.
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno memprediksi, koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran akan diisi oleh Partai Gerindra, PDI-P, Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Amanat Nasional (PAN).
“Bukan tidak mungkin PDI-P potensial jadi bagian koalisi Prabowo di masa mendatang. Pada saat bersamaan, elite-elite Gerindra dan PDI-P sama-sama megeklaim tak ada persoalan apa pun di antara mereka. Bahwa sempat ada persaingan antar kedua partai di pilpres itu perkara biasa, lumrah dalam politik,” kata Adi (8/4/2024).
Sementara itu menurut Adi, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasdem, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mungkin bakal mengambil posisi di luar pemerintahan sebagai oposisi.
“Resistensi ketiga partai ini (PKB, Nasdem, dan PKS) tak akan terlalu signifikan. Baik dari jumlah kekuatan politik atau pengalaman sebagai oposisi,” tambah Adi.
Jika benar ini terjadi, politik nasi goreng menyelesaikan semua. Jangan lagi berharap dengan hak angket, atau bermimpi putusan mengejutkan dari Mahkamah Konstitusi.
Pesta telah selesai, mereka bersatu demi nasionalisme. Selanjutnya, nasi-onalisme tanpa nasi tinggal onalisme.*** (O Gozali)