Porang secara sederhana adalah tanaman umbi-umbian yang mirip dengan suweg. Tapi tentu saja berbeda dengan suweg. Ini adalah perbedaan porang dengan suweg dan walur.
Karakter Morfologi | Porang | Suweg | Walur |
Tekstur Tangkai | Licin dan agak kasar | Agak kasar | kasar |
Bentuk bercak tangkai | Belah ketupat, belah ketupat dengan garis linier | Bulat | bulat |
Mata tunas umbi | Tidak ada | Ada | Ada |
Tekstur umbi | Halus | Agak halus | kasar |
Warna permukaan umbi | Cokelat | Kuning | Cokelat
|
Warna daging umbi | Oranye kekuningan | Merah jambu, putih | Oranye kekuningan |
Rasa gatal umbi | Ada | Tidak ada | Ada |
bulbil | Ada | Tidak ada | Tidak ada |
Tak hanya ciri-ciri porang. Perlu juga diketahui juga syarat tumbuhnya porang sebagai berikut:
Setelah ditanam, porang pun harus dijaga dengan baik. Misalnya, dibersihkan jika ada gulma, dilakukan pemupukan. Yang juga penting adalah tanaman porang harus dinaungi oleh tanaman lain seperti jati, mahono, dan lainnya.
Lalu kapan panennya? Porang dapat dipanen pertama kali ketika umur mencapai 2 tahun Setelah itu, dapat dipanen setahun sekali tanpa harus menanam kembali umbinya. Tanaman porang, hanya mengalami pertumbuhan selama 5 – 6 bulan tiap tahunnya (pada musim penghujan). Di luar masa itu, tanaman mengalami masa istirahat /dorman dan daunnya akan layu sehingga tampak seolah-olah mati. Waktu panen tanaman porang dilakukan pada bulan April – Juli (masa dorma). Umbi yang dipanen adalah umbi besar yang beratnya lebih dari 2 kg/umbi, sedangkan umbi yang masih kecil ditinggalkan untuk dipanen pada tahun berikutnya.
Rata-rata dalam 1 hektar bisa menghasilan 10 ton porang. Bayangkan saja jika porang setelah diolah jadi tepung harganya Rp 120 ribu per Kg. Bisa dapat berapa rupiah dari porang 10 ton?
Maka, tepat kiranya ketika pemahaman tentang porang sudah tuntas, dinas terkait di kabupaten atau provinsi memberi pengetahuan, ruang, dan jalan yang memadai. Misalnya, apa saja hama porang dan bagaimana membasminya. Selain itu, memberi ilmu bagaimana mengubah porang menjadi tepung. Kemudian, jika akan diekspor, melalui pintu mana ekspor bisa dilakukan. Tentunya ekspor dengan persyaratan yang memungkinkan bagi petani pemula.
Peran pemerintah daerah sangat penting untuk bisa memacu dan memicu keberhasilan petani porang. Khususnya untuk membuka jalan bagaimana menjual atau mengekspor porang. Kolaborasi antarkabupaten juga bisa dilakukan.
Bahkan, jika teknologi sudah sangat memadai, tidak menutup kemungkinan porang bisa diolah di dalam negeri menjadi campuran kosmetik, makanan, dan lainnya. Sehingga, jika pun diekspor, adalah ekspor barang jadi yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
Yang pasti, impian porang jadi sumber uang bukan isapan jempol belaka. Tapi, butuh kerja keras dan kerja sama banyak pihak. Jika porang bisa menjadi unggulan sebuah daerah, tentu akan memberikan dampak ekonomi pada daerah tersebut.
Referensi,
Among Wibowo. Teknis Budidaya Tanaman Porang, http://pertanian.magelangkota.go.id/informasi/teknologi-pertanian/359-teknis-budidaya-tanaman-porang
Rico Hutama Sulistiyo, Lita Soetopo, dan Damanhur. Eksplorasi dan Identifikasi Karakter Morfologi Porang. http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=347378&val=6473&title=EKSPLORASI%20DAN%20IDENTIFIKASI%20KARAKTER%20MORFOLOGI%20PORANG%20Amorphophallus%20muelleri%20B%20DI%20JAWA%20TIMUR